Welcome

Kamis, 17 November 2011

33 Tim Ikuti Kontes Robot Terbang




Kompas/ELD Salah satu tim peserta Kontes Robot Terbang Dalam Ruang yang memperlihatkan pesawat mereka yang berbahan gabus, Rabu (16/11/2011).

BANDUNG, KOMPAS.com -- Sebanyak 33 tim dari berbagai daerah mengikuti Kontes Robot Terbang Dalam Ruang (IIARC 2011) yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung, Rabu (16/11/2011). Kontes yang berlangsung sejak Selasa ini mempertandingkan pesawat yang bisa berputar dan menjatuhkan beban ke sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menurut Ketua Panitia, Yuhusa Setyo Nuswantoro, peserta paling jauh berasal dari Denpasar, Bali. Kategori yang dipertandingkan adalah umum atau hobi, sekolah menengah tingkat atas, dan perguruan tinggi.
Kontes robot terbang ini merupakan penyelenggaraan ke empat kalinya setelah dimulai tahun 2008. "Tahun lalu yang dipertandingkan adalah pengawasan, yakni pesawat dipasangi kamera dan mengambil gambar huruf yang diletakkan oleh panitia di lantai. Tim harus bisa membaca kata yang disusun dari rangkaian huruf itu," kata Yahusa.
Pada kontesk kali ini, sebagian besar peserta datang bermodalkan antusiasme dan keingintahuan saja. Meski menggunakan komponen radio hingga servo layaknya peserta lain, bahan baku yang dipilih kebanyakan masih gabus.
Dari 33 tim yang ikut berlaga, 70 persen di antaranya menggunakan pesawat berbahan baku gabus, sementara yang lain sudah menggunakan bahan baku karbon maupun kayu balsa. "Kami piliha yang lebih murah saja," ujar Maulana Sidik, anggota Tim Mriya, mengenai alasannya menggunakan gabus.
Siswa SMA Negeri 2 Bandung ini mengungkapkan bahwa partisipasinya lebih didasari keingintahuan mengenai robot terbang yang dianggapnya mengasyikkan. Dia menyebutkan, pemilihan bahan gabus juga punya kelemahan yakni mudah rusak. Sebutan pesawatnya menjadi "isolasi" karena berbagai sisi dipenuhi isolasi akibat gabus pecah setelah pesawat jatuh.
Yuhusa mengungkapkan bahwa rasio antara pesawat berbahan karbon dengan gabus masih sama selama empat tahun penyelenggaraan yakni 70 persen gabus dan 30 persen karbon. "Tim dari ITB ternyata juga menggunakan gabus," ujar mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar